Senin, 04 April 2011

Perkembangan Moral Anak

Kita sebagai mahluk sosial tentunya memerlukan sosialisasi dengan masyarakat. Dengan sosialisasi tersebut kita lebih banyak mengetahui pribadi atau sifat masing- masing orang yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tentunya dalam berkomunikasi kita memerlukan tata cara yang seharusnya kita gunakan dalam komunikasi tersebut, dengan siapa kita berbicara, apa yang kita bicarakan. Aturan yang mengacu pada aturan umum mengenai baik buruknya kita dalam berkomunikasi dengan orang lain inilah yang disebut dengan moral. Menurut Piaget, seorang ahli psikologi yang melakukan penelitian pada anak- anak, ia membagi menjadi dua tahap, yaitu heteronomus morality, dan autonomus morality. Pada tahap heteronomus morality anak banyak beranggapan bahwa anak dalam melakukan suatu hal banyak menimbang akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan, bukan maksud dari apa yang telah ia lakukan. Anak- anak yang berada dalam masa heteronomus menganggap bahwa aturan adalah buatan dari pemegang kekuasaan yang memiliki power lebih sehingga peraturan tersebut tidak dapat dirubah. Anak pada masa ini juga meyakini akan adanya keadilan yang tetap ada dan setiap kejahatan yang dilakukan pasti akan mendapatkan hukuman.
Menurut Piaget dalam masa anak berkembang mereka banyak mengalami kemajuan pemahaman tentang masalah- masalah sosial yang ada di sekitarnya. Hal ini juga karena pengaruh dari teman sebaya mereka. Dengan teman sebaya mungkin mereka banyak menemukan kesamaan pandangan. Hal tersebut belum tentu mereka dapatkan dengan mereka hanya berhubungan dengan orang tua atau keluarga.
Selain Piaget ada seorang ilmuwan yang berpendapat tentang perkembangan moral yaitu Kohlberg yang menggunakan pendekatan secara kognitif sama dengan apa yang dilakukan oleh Piaget, menurut Kohlberg ia membagi enam tahap perkembangan penalaran moral yang dibagi menjadi 3 level. Yang pertama adalah Penalaran moral prakonvensional pada level dasar ini, anak belum menunjukkan internalisasi nilai- nilai moral, pada masaini anak melakukan sesuatu dikatakan baik jika menghasilkan sesuatu yang secara fisik menyenangkan atau menguntungkan. Level ini terdiri dari: tahap pertama yaitu Orientasi Kepatuhan dan Hukuman yang mengacu pada figur- figur yang berkuasa anak akan lebih patuh dan takut akan hukuman yang diberikan.
. Tahap yang kedua yaitu Orientasi Individualisme dan Orientasi Instrumental pada tahap ini anak masih cenderung pada peristiwa- peristiwa yang datang dari luar namun yang berkaitan dengan fisik anak tersebut. Suatu tindakan dinilai benar bila dikaitkan dengan kejadian eksternal yang memuaskan dirinya sendiri. Level yang kedua adalah Penalaran moral Konvensioanal pada tahap ini perkembangan moral sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang lain.Apa yang diyakini oleh orang lain adalah sebagai suatu kebaikan dan kebenaran. Dan individu melakukan sesuatu harus sesuai aturan karena jika melanggar akan mendapatkan hukuman yang sesuai. Dan kegiatan yang dianggap bermoral adalah kegiatan yang sesuai dengan aturan yang telah ada dalam masyarakat. Level yang ketiga adalah Penalaran moral pasca konvensional pada tahap ini orang akan beranggapan bahwa dalm aturan sosial tentunya ada unsur yang dapat diubah dan bersifat subjektif tergantung pada kondisi. Pada tahap ini juga ada suatu hubungan timbal balik dan kontrak antara individu dengan masyarakat.
Kita sebagai calon pendidik tentunya harus menciptakan suasana yang kondusif yang mendukung perkembangan moral anak. Diantaranya dengan kegiatan pembelajaran emosi yang harus langsung dilakukan dengan praktek tidak bisa disampaikan secara teori di depan kelas.Perlu ada program yang bisa meningkatkan tingkat pengayaan anak dengan upaya pengembangan kesadarn sosioemosi anak. Dalam proses belajar mengajar anak harus banyak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan teman sebaya diantaranya aktivitas belajar kelompok yang bisa mempererat komunikasi diantara mereka. Selain hal itu, kondisi lingkungan juga harus diperhatikan dan perlakuan terhadap anak. Sekolah juga harus mengadakan kegiatan yang mampu mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh anak, agar mereka terus terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi dari dirinya.


HOME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar